Sunday, January 27, 2013

Ilmu Ukur Tanah bag 1


TUGAS I DAN TUGAS II
ILMU UKUR TANAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah
Program Studi Teknik Sipil


Dosen:
Dr. A. Rosgandika Mulyana, Ir., DEA.


Disusun oleh:
Hendi Hamdani
1011015


JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT
GARUT


2012
TUGAS I
RESUME PERTEMUAN I DAN II
  
I.     Istilah-Istilah Yang Sering Ditemukan Dalam Aplikasi Ilmu Ukur Tanah (IUT) dan Topografi
Berikut ini adalah Istilah- istilah yang sering ditemukan dan digunakan dalam aplikasi ilmu ukur tanah dan topografi, antara lain:
1.      Luas/ Cakupan Pengukuran
Luas, luasan atau area adalah besaran yang menyatakan ukuran dua dimensi suatu bagian permukaan yang dibatasi dengan jelas, biasanya suatu  daerah yang dibatasi oleh suatu kurva tertutup, sedangkan luas permukaan menyatakan luasan permukaan suatu benda padat tiga dimensi.
Dalam aplikasi, luas permukaan bumi, yang dipakai dalam pengukuran lahan dan merupakan suatu luasan permukaan, kerap dianggap sebagai luas dua dimensi bidang datar apabila luasan itu tidak terlalu besar relatif terhadap luas permukaan total bumi.
Terdapat beberapa satuan luas, untuk lahan yang bersifat lokal dan dikenal di Indonesia antara lain:
a)        Ubin (Nasional), tumbak/ tombak (Jawa Barat), ru (Jawa Tengah), adapun nilai untuk ubin, tumbak, dan ru adalah 14,0625m2 (3,75m x 3,75m).
b)        Bahu/ bau/ bouw, setara dengan 500 ubin = 7031,25 m2 atau 0,7 ha.
c)        Anggar, di Kalimantan Barat (1/33 hektare). Borong, di Kalimantan Barat (1/6 hektare).
d)       Kesuk di Jawa Mataraman nilainya bervariasi dari 1000 m2 hingga 1/6 hektare
e)        Rakit, di Pantura Jawa (= 1000 m2)
f)         Rantai persegi, dipakai di perkebunan Sumatra nilainya adalah 484 yard persegi (22 yard x 22 yard) atau sama dengan 404, 685 644 24 m2. (1 yard = 0,9144 m)

2.      Skala
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda.
Skala dibagi menjadi 3, diantaranya:
a)        Skala angka/ angka perbandingan, misalnya 1 : 500.000, artinya setiap 1 satuan jarak di peta sama dengan 500.000 satuan jarak di lapangan.
b)        Skala garis, yaitu skala yang dibuat dalam bentuk garis horizontal yang memiliki panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta. Garis ini ditetapkan atau digambarkan dalam peta dan dibagi-bagi dalam interval yang sama, setiap interval menyatakan besaran panjang yang tertentu pada ujung lain, biasanya satu interval dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil dengan tujuan agar pembaca peta dapat mengukur panjang dalam peta secara lebih teliti.
c)        Skala verbal/ perbandingan nilai, yaitu skala yang ditulis dengan kata-kata, misal (1 cm untuk 10 km)
Skala peta menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta.

3.      Topografi
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan dah bahkan kebudayaan lokal.

2
 
Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan.  Penggunaan kata-kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang berarti tempat dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umummenunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya perencanaan militer dan eksplorasi geologi.
Untuk kebutuhan konstruksi sipil, pekerjaan umum, dan proyek reklamasi membutuhkan studi topografi yang lebih detail.
Ada beberapa teknik topografi, antara lain:
a)        Survei secara langsung
Survei membantu studi topografi secara lebih akurat suatu permukaan secara tiga dimensi, jarak, ketinggian, dan sudut dengan memanfaatkan berbagai instrumen topografi. Meski pengindraan jarak jauh sudah sangat maju, survei secara langsung masih menjadi cara untuk menyediakan informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai keadaan suatu lahan.
b)        Pengindraan jarak jauh
Pengindraan jarak jauh adalah studi mengenai pengumpulan data bumi dari jarak yang jauh dari area yang dipelajari. Pengindraan jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu satelit, radar, radar inframerah, seismogram, sonar, dan lain-lain

4.      Garis Lintang
Dalam geografi, garis lintang adalah garis khayal yang digunakan untuk menentukan lokasi di bumi terhadap garis khatulistiwa (utara atau selatan). Posisi lintang biasanya dinotasikan dengan simbol huruf Yunani “φ”. Posisi lintang merupakan penghitungan sudut dari 0o di khatulistiwa sampai ke +90o di kutub utara dan -90o di kutub selatan.  Garis lintang dibagi menjadi dua, yaitu lintang di sebelah utara (lintang utara “LU”) dan lintang di sebelah selatan (lintang selatan “LS”). Lintang utara dan lintang selatan menyatakan besarnya sudut sudut antara posisi lintang dengan garis khatulistiwa, dan garis khatulistiwa sendiri adalah lintang 0 derajat (0o).
Setiap derajat lintang dibagi menjadi 60 menit (satu menit lintang mendekati satu mil laut atau 1852 meter, yang kemudian dibagi lagi menjadi 60 detik. Untuk keakurasian tinggi detik digunakan dengan pecahan desimal.
Terdapat garis lintang yang cukup penting, yaitu:
v Garis balik utara (23o27’ LU) dan garis balik selatan (66o33’ LS), dimana hanya antara kedua garis balik (utara dan selatan) matahari dapat berada di zenith.
v Lingkaran Arktik (66o33’ LU) dan lingkaran Antarktik (66o33’ LS),  hanya di utara lingkaran Arktik atau selatan lingkaran Antarktik matahari dapat terjadi pada tengah malam.

5.      Garis Bujur
Garis bujur dinotasikan oleh abjad Yunani “λ”, yaitu menggambarkan lokasi sebuah tempat di timur atau barat bumi dari sebuah garis utara-selatan yang disebut meridian utama. Longitude diberikan berdasarkan pengukuran sudut yang berkisar dari 0o di meridian utama ke +180o arah timur dan -180o arah barat. Tidak seperti garis lintang yang memiliki ekuator sebagai posisi awal alami, tidak ada posisi awal alami untuk garis bujur. Oleh karena itu sebuah dasar meridian harus dipilih. Meskipun kartografer Britania Raya telah lama menggunakan Meridian Observatorium Greenwich di London, referensi lainnya digunakan di tempat yang berbeda, termasuk Ferro, Roma, Kopenhagen, Yerusalem, Saint Petersburg,  Pisa, Paris, Philadelphia, dan Washington D.C  pada 1884,
konferensi meridian internasional mengadopsi meridian Greenwich sebagai meridian utama universal atau titik nol garis bujur.
Di indonesia, garis bujur di sebelah barat meridian diberi nama bujur barat (BB) dan di sebelah timur meridian disebut bujur timur (BT). Bujur barat dan bujur timur merupakan garis khayal yang menghubungkan titik kutub utara dengan kutub selatan bumi dan menyatakan besarnya sudut antara posisi bujur dengan garis meridian. Garis meridian sendiri adalah bujur nol derajat (0o). 

6.      Elevasi
Elevasi atau ketinggian (Altitudo) adalah posisi vertikal (ketinggian) suatu objek dari suatu titik tertentu (datum). Datum yang biasa digunakan adalah permukaan laut, dan permukaan geoid WGS-84 yang digunakan oleh GPS. Oleh karena itu, elevasi seringkali dinyatakan sebagai “ketinggian dari permukaan laut (dpl)”. Di Amerika Serikat dan Britania Raya, altitudo aviassi biasa diukur dalam satuan kaki, sedangkan di seluruh bagian dunia lain, ketinggian diukur dengan satuan meter.
Tekanan atmosfer turun bersama dengan naiknya ketinggian. Prinsip ini merupakan dasar operasi altimeter tekanan yang merupakan barometer aneroid yang dikalibrasi untuk menunjukkan ketinggian dan bukan tekanan. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen (hipoksia) pada manusia yang berada pada ketinggian.

7.      Kontur
Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2 garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.

5
 
Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya  berwarna cokelat atau orange). Setiap kontur keempat atau kelima tergantung pada intervalnya. Dibuatah indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan kontur dan menghitung kontur untuk menentukan tinggi. Angka (ketinggian) kontur diletakkan pada bagian kontur yang diputus dan diurutkan sedemikian rupa agar terbaca searah dengan kemiringan ke arah atas (lebih tinggi) pada daerah datar yang jarak horizontalnya lebih dari 40mm sesuai skala peta dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu ini sangat berarti terutama jika ada gundukan kecil pada daerah yang datar. Kontur bantu digambar pada peta berupa garis putus-putus untuk membedakan dengan kontur standar.

Bentuk Kontur
Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan emiringan yang terjal, kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringn yang landai. Jika kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka kemiringannya teratur. Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:
a)        Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada tetap akan bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika kontur masuk ke suatu daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal, karena ketiadaan ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada pandangan horizontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan dengan simbol. Selanjutnya kontur-kontur akan masuk dan keluar dari simbol tersebut.
b)        Jika kontur0kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng disebut konveks (cembung) dan memberi pandangan yang pendek. Jika sebaliknya, yaitu merenggang, maka disebut konkav (cekung), dan memberikan pandangan yang panjang.
c)        Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak  terlalu rapat maka permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi (bergelombang)
d)       

6
 
Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-patah. Kontur-kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan yang teratur (tidak patah-patah) kecuali pada peta  skala kecil umumnya penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses generalisasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil (minor).

8.      Lereng
Lereng adalah kenampakan permukaan alam yang yang disebabkan adanya beda tinggi, apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan (clope). Bentuk lereng tergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Lereng merupakan parameter topografi  yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relative, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis. Bia dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia, dan biologi, sehingga akan membahayakan hidrologiproduksi pertanian, dan pemukiman.
Salah satunya dengan membuat peta kemiringan lereng (peta kelas lereng). Dengan pendekatan rumus “Went-Worth” yaitu pada peta topografi yang menjadi dasar pembuatan peta kemiringan lereng dengan dibuat grid atau jaring-jaring berukuran 1 cm kemudian masing-masing bujur sangkar dibuat garis horizontal. Dengan mengetahui jumlah konturnya dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis horizontal tersebut dapat ditentukan kemiringan atau sudut lereng dengan menggunakan rumus:
S(%)=[((n-1)xCi) / (D x Ps)
Mencari kontur interval dengan menggunakan rumus:
Ci = 1/2000 x Ps
Mencari panjang diagonal dengan menggunakan rumus:
D2 = √(a2 + b2)


Suatu daerah dapat diukur ketinggiannya atau dapat diklasifikasikan kemiringan lerengnya dengan melihat jumlah garis yang terpoting dalam grid-grid yang telah dibuat. Kemudian hasilnya dihitung dan dapat dimasukkkan ke dalam aturan hasil perhitungan kemiringan lereng. Sehingga dapat diperoleh hasil mengenai pengklasifikasian kemiringan lereng pada suatu daerah. Lereng adalah kenampakan  permukaan alam disebabkan karena beda tinggi. Kemiringan lereng adalah perbandingan antara jarak lurus mendatar dengan beda tinggi suatu tempat. Dalam mengukur kemiringan lereng dapat dilakukan dengan cara:
v  Metode Blong (1972)
v  Metode Wentworth
v  Metode Lingkaran dan
v  Menggunakan kompas geologi
Kelas kemiringan lereng antara lain:
v  Kelas I = < 8%
v  Kelas II           =  8 – 15 %
v  Kelas III          = >15 - 25%
v  Kelas IV          = >25 – 45%
v  Kelas V           = >45%
Kelerengan
Kelerengan (slope) sering dinyatakan dalam satuan derajat dan persen. Kelihatannya mudah untuk mengkonversi antar keduanya. Tetapi terkadang, kita sering tertukar dan salah memberi satuan. Kesalahan yang paling umum adalah bahwa jika kelerengan itu tegak, maka satuannya adalah 90 derajat atau 100%. Kesalahan di sini adalah memberikan angka kelerengan 100% kepada tebing yang menjulang tegak tersebut yang seharusnya ~ persen (tak terhingga persen).

8
 
Derajat adalah satuan yang mungkin sudah sangat dipahami secara umum. Sangat jarang saya menemukan ada kesalahan pemahaman tentang satuan ini. Jika rata satuannya 0 derajat, jika miring tengah-tengah antara rata dan tegak itu 45 derajat, dan jika bukit terjal satuannya 90 derajat.
Persen agak sering salah dipahami. Berapa persen kah 0o, 45o, dan 90o, tersebut? Definisi satuan persen dalam kelerengan adalah tangen dari kelerengan. Kita ambil contoh angka 45o, maka
Kelerengan 45o = Kelerengan tan(45) satuan persen
Atau jika mau angkanya sudah dalam bentuk persen, maka tinggal tambahkan angka 100 pada persamaan di atas menjadi:
Kelerengan 45o = Kelerengan 100 x tan(45) persen

9.      Morfometri
 Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai aspek pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas dengan angka-angka yang jelas.

No comments: