TUGAS
BESAR
REKAYASA
PONDASI II
PERENCANAAN TIANG PANCANG
Diajukan Untuk Syarat Mendapatkan Nilai Akhir
Mata Kuliah
Rekayasa Pondasi II Program Studi Teknik
Sipil
Oleh:
Hendi
Hamdani
1011015
PROGRAM
STUDI TEKNIK SIPIL
SEKOLAH
TINGGI TEKNOLOGI GARUT
GARUT
2013
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum
Setiap bangunan
sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara, dam/ tanggul
dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya. Istilah pondasi
digunakan dalam teknik sipil untuk mendefenisikan suatu konstruksi bangunan yang
berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan di atasnya (upper
structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu,
pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap berat sendiri, beban – beban yang bekerja, gaya – gaya luar seperti
tekanan angin, gempa bumi dan lain – lain.
Setiap
pondasi harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan yang telah
ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang mungkin terjadi. Jenis pondasi
yang sesuai dengan tanah pendukung yang terletak pada kedalaman 10 meter di
bawah permukaan tanah adalah pondasi tiang.
2.1.1
Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)
Pada
perencanaan pondasi terlebih dahulu perlu diketahui susunan lapisan tanah yang
sebenarnya pada suatu tempat dan juga hasil pengujian laboratorium dari sampel
tanah yang diambil dari berbagai kedalaman lapisan tanah dan mungkin kalau ada
perlu juga diketahui hasil pengamatan lapangan yang dilakukan sewaktu
pembangunan gedung - gedung atau bangunan - bangunan lain yang didirikan dalam
kondisi tanah yang serupa.
Penyelidikan
tanah diperlukan untuk menentukan pilihan jenis pondasi, daya dukungnya dan
untuk menentukan metode konstruksi yang efisien dan juga diperlukan untuk
menentukan stratifikasi (pelapisan) tanah dan karakteristik teknis tanah
sehingga perancangan dan konstruksi pondasi dapat dilakukan dengan ekonomis.
2.1.2
Kemampatan dan Konsolidasi Tanah
Tanah mempunyai
sifat kemampatan yang sangat besar jika dibandingkan dengan bahan konstruksi
seperti baja atau beton. Baja dan beton itu adalah bahan yang tidak mempunyai
air pori. Itulah sebabnya volume pemampatan baja dan beton tidak mempunyai
masalah. Sebaliknya karena tanah mempunyai pori yang besar, maka pem bebanan
biasa akan mengakibatkan deformasi tanah yang besar. Hal ini tentu akan
mengakibatkan penurunan pondasi yang akan merusak konstruksi.
Berlainan dengan
bahan-bahan konstruksi yang lain, karekteristik tanah itu didominasi oleh
karakteristik mekanisme seperti permeabilitas tanah atau kekuatan geser yang
berubah-ubah sesuai dengan pembebanan.
Mengingat
kemampatan butir-butir tanah atau air itu secara teknis sangat kecil sehingga
dapat diabaikan, maka proses deformasi tanah akibat beban luar dapat dipandang
sebagai suatu gejala penyusutan pori. Jika beban yang bekerja pada tanah itu
kecil, maka deformasi itu terjadi tanpa pergeseran pada titik-titik antara
butir-butir tanah. Deformasi pemampatan tanah yang terjadi memperlihatkan
gejala yang elastis, sehingga bila beban yang itu ditiadakan, tanah akan
kembali pada bentuk semula. Umumnya beban-beban yang bekerja mengakibatkan
pergeseran titik-titik sentuh antara butir-butir tanah, yang mengakibatkan
perubahan susunan butir-butir tanah sehingga terjadi deformasi pemampatan,
deformasi sedemikian disebut deformasi plastis, karena bilamana tanah
ditiadakan, tanah itu tidak akan kembali pada bentuk semula.
2.2 Pondasi Tiang
Pondasi tiang
adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal kesumbu
tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu
kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat
dibawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi. (Sosrodarsono dan Nakazawa, 2000).
Pondasi
tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat terletak
sangat dalam. Pondasi jenis ini dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan
yang menahan gaya angkat keatas, terutama pada bangunan-bangunan tingkat yang
tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat angin. Tiang-tiang
juga digunakan untuk mendukung bangunan dermaga. (Hardiyatmo, 2003).
2.2.1 Klasifikasi Pondasi Tiang
Berdasarkan metode
instalasinya, pondasi tiang pada umumnya dapat diklasifikasikan atas :
1). Tiang Pancang
Pondasi
tiang pancang merupakan sebuah tiang yang dipancang kedalam tanah sampai
kedalaman yang cukup untuk menimbulkan tahanan gesek pada selimutnya atau
tahanan ujungnya. Pemancangan tiang dapat dilakukan dengan memukul kepala tiang
dengan palu atau getaran atau dengan penekan secara hidrolis.
2). Tiang Bor
Sebuah
tiang bor dikonstruksikan dengan cara menggali sebuah lubang bor yang kemudian
diisi dengan material beton dengan memberikan penulangan terlebih dahulu.
2.2.2 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang
Pada perencanaan
pondasi, pemilihan jenis pondasi tiang pancang untuk berbagai jenis keadaan
tergantung pada banyak variabel. Faktor - faktor yang perlu dipertimbangkan di
dalam pemilihan tiang pancang antara lain tipe dari tanah dasar yang meliputi
jenis tanah dasar dan ciri - ciri topografinya, alasan teknis pada waktu
pelaksanaan pemancangan dan jenis bangunan yang akan dibangun. Pondasi tiang
dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan
Material dan Karakteristik Strukturnya
Tiang
pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori antara lain:
1.
Tiang pancang kayu
2.
Tiang pancang beton
3.
Tiang pancang baja
4.
Tiang pancang komposit
b. Menurut Pemasangannya
Pondasi
tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar, yaitu:
1.
Tiang pancang pracetak
2.
Tiang pancang yang di cor di tempat
2.2.3 Peralatan Pemancangan (Driving Equipment)
Untuk memancangkan
tiang pancang ke dalam tanah digunakan alat pancang. Pada dasarnya alat pancang
terdiri dari tiga macam, yaitu :
1. Drop hammer
2. Single -
acting hammer
3. Double -
acting hammer
Bagian - bagian
yang paling penting pada alat pancang adalah pemukul (hammer), leader,
tali atau kabel dan mesin uap.
2.3 Pengujian Sondir (Sondering Test/ Cone Penetration Tes “CPT”)
Pengujian CPT atau
sondir adalah pengujian dengan menggunakan alat sondir yang ujungnya berbentuk
kerucut dengan sudut 60º dan dengan luasan ujung 1,54 in² (10 cm²). Alat ini
digunakan dengan cara ditekan ke dalam tanah terus menerus dengan kecepatan tetap
20 mm/detik, sementara itu besarnya perlawanan tanah terhadap kerucut penetrasi
(qc ) juga terus diukur.
Dilihat
dari kapasitasnya, alat sondir dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sondir
ringan (2 ton) dan sondir berat (10 ton). Sondir ringan digunakan untuk
mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm², atau kedalam maksimal 30 m, dipakai
untuk penyelidikan tanah yang terdiri dari lapisan lempung, lanau dan pasir
halus. Sondir berat dapat mengukur tekanan konus 500 kg/cm² atau kedalaman
maksimal 50 m, dipakai untuk penyelidikan tanah di daerah yang terdiri dari
lempung padat, lanau padat dan pasir kasar.
Keuntungan
utama dari penggunaan alat ini adalah tidak perlu diadakan pemboran tanah untuk
penyelidikan. Tetapi tidak seperti pada pengujian SPT, dengan alat sondir
sampel tanah tidak dapat diperoleh untuk penyelidikan langsung ataupun untuk
uji laboratorium. Tujuan dari pengujian sondir ini adalah untuk mengetahui
perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan indikator
dari kekuatan tanahnya dan juga dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan
tanah yang berbeda.
Dari
alat penetrometer yang lazim dipakai, sebagian besar mempunyai selubung geser
(bikonus) yang dapat bergerak mengikuti kerucut penetrasi tersebut. Jadi
pembacaan harga perlawanan ujung konus dan harga hambatan geser dari tanah
dapat dibaca secara terpisah. Ada 2 tipe ujung konus pada sondir mekanis yaitu:
1. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan
biasanya digunakan pada tanah yang berbutir kasar, dimana besar perlawanan
lekatnya kecil.
2.
Bikonus, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya dan
biasanya digunakan pada tanah yang berbutir halus.
Hasil penyelidikan
dengan alat sondir ini pada umumnya digambarkan dalam bentuk grafik yang
menyatakan hubungan antara kedalaman setiap lapisan tanah dengan besarnya nilai
sondir yaitu perlawanan penetrasi konus atau perlawanan tanah terhadap ujung
konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas.
Hambatan
lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan
dalam gaya persatuan panjang. Dari hasil sondir diperoleh nilai jumlah
perlawanan (JP) dan nilai perlawanan konus (PK), sehingga hambatan lekat (HL)
dapat dihitung sebagai berikut:
1. Hambatan
Lekat (HL)
HL
= (JP-PK)x ............................................................................................(2.1)
2. Jumlah
Hambatan Lekat (JHL/JHP)
JHL
= ............................................................................................(2.2)
Dimana:
JP
= Jumlah perlawanan, perlawanan ujung konus + selimut (Kg/cm2)
PK=
Perlawanan penetrasi konus, qc (Kg/cm2)
A = Interval pembacaan (Setiap kedalaman 20 cm)
B = Faktor alat = luas konus/ luas torak = 10
cm
Data sondir
tersebut digunakan untuk mengidentifikasikan dari profil tanah terhadap
kedalaman. Hasil akhir dari pengujian sondir ini dibuat dengan menggambarkan
variasi tahanan ujung (qc) dengan gesekan selimut (fs) terhadap kedalamannya.
Bila hasil sondir diperlukan untuk mendapatkan daya dukung tiang, maka
diperlukan harga kumulatif gesekan (jumlah hambatan lekat), yaitu dengan
menjumlahkan harga gesekan selimut terhadap kedalaman, sehingga pada kedalaman
yang ditinjau dapat diperoleh gesekan total yang dapat digunakan untuk
menghitung gesekan pada kulit tiang.
Besaran
gesekan kumulatif (total friction) diadaptasikan dengan sebutan jumlah
hambatan lekat (JHL). Bila hasil sondir digunakan untuk klasifikasi tanah, maka
cara pelaporan hasil sondir yang diperlukan adalah menggambarkan tahanan ujung
(qc), gesekan selimut (fs) dan ratio gesekan (fR) terhadap kedalaman tanah
2.4 Kapasitas Daya Dukung
2.4.1 Kapasitas daya dukung tiang dari data
sondir
Diantara
perbedaaan tes dilapangan, sondir atau Cone Penetration Test (CPT)
seringkali sangat dipertimbangkan peranan dari geoteknik. CPT atau sondir ini
tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya
dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar.
CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat
memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan
pondasi tiang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
kapasitas daya dukung (bearing capacity) tiang sebelum pembangunan
dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang. Kapasitas
daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
Qu = Qb + Qs
= qbAb + f.As.....................................................................(2.3)
Dimana:
Qu
= Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang
Qb
= Kapasitas tahanan di ujung tiang
Qs
= Kapasitas tahanan kulit
qb
= Kapasitas daya dukung di ujung tiang
per satuan luas
Ab
= Luas di ujung tiang
f
= Satuan tahanan kulit per satuan luas
As
= Luas kulit tiang
Untuk menghitung
daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian sondir dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya
dukung ultimit pondasi tiang dinyatakan dengan rumus:
Qult
= (qc x Ap) + (JHL x K) .................................................................(2.4)
Dimana:
Qult
= Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal
qc
= Tahanan ujung sondir
Ap
= Luas penampang tiang
JHL =
Jumlah hambatan lekat
K
= Keliling tiang
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan
rumus:
Qijin
= ...........................................................................(2.5)
Dimana:
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin
pondasi
qc =
Tahanan ujung sondir
Ap =
Luas penampang tiang
JHL= Jumlah hambatan lekat
K =
Keliling tiang
DOWNLOAD MATERI:
No comments:
Post a Comment