BANGUNAN
AIR
BANGUNAN UTAMA
Bangunan
utama didefinisikan sebagai: semua bangunan: “semua bangunan yang direncanakan
di sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan irigasi, biasanya
dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sedimen yang
berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur dan mengatur air masuk”.
Bendung Tetap (Weir)
Bangunan
air ini dengan kelengkapannya dibangun melintang sungai atau sudetan, dan
sengaja dibuat untuk meninggikan muka air dengan ambang tetap sehingga air
sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi.
Kelebihannya airnya dilimpahkan ke hilir dengan terjunan yang dilengkapi dengan
kolam olak dengan maksud untuk meredam energi.
Ada 2
(dua) jenis bendung tetap dilihat dari bentuk struktur ambang pelimpahannya,
yaitu:
a.
Ambang tetap yang lurus dari tepi ke
tepi sungai artinya as ambang tersebut berupa garis lurus yang menghubungkan
dua titik tepi sungai.
b.
Ambang tetap yang berbelok-belok
seperti gigi gergaji. Jenis seperti ini diperlukan jika panjang ambang tidak
mencukupi dan biasanya untuk sungai dengan lebar yang kecil tetapi debit airnya
besar.
Bendung Gerak Vertikal (Barrage)
Bendung ini terdiri dari tubuh bending dengan ambang tetap yang rendah
dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan vertical maupun radial.
Tipe ini mempunyai fungsi ganda, yaitu mengatur tinggi muka air di hulu bending
kaitannya dengan muka air banjir dan meninggikan muka air sungai kaitannya
dengan penyadapan air untuk berbagai keperluan.
Operasional
di lapangan dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada saat banjir besar
atau membuka pintu sebagian pada saat banjir sedang atau kecil. Pintu ditutup
sepenuhnya pada saat kondisi normal, yaitu untuk kepentingan penyadapan air.
Tipe bending gerak ini hanya dibedakan dari bentuk pintu-pintunya antara lain:
a.
Pintu geser atau sorong, banyak
digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan yang kecil atau sedang. Diupayakan
pintu tidak terlalu berat karena akan memerlukan peralatan angkat yang lebih
besar dan mahal. Sebaiknya pintu cukup ringan tetapi memiliki kekakuan yang
tinggi sehingga bila diangkat tidak mudah bergetar karena gaya dinamis aliran
air.
b.
Pintu radial, memiliki daun pintu
berbentuk lengkung (busur) dengan lengan pintu yang sendinya tertanam pada
tembok sayap atau pilar. Struktur seperti ini dimaksudkan agar daun pintu lebih
ringan untuk diangkat dengan menggunakan kabel atau rantai. Alat penggerak
pintu dapat pula dilakukan secara hidrolik dengan peralatan pendorong dan
penarik mekanik yang tertanam pada tembok sayap atau pilar.
Bendung Karet (Bendung Gerak
Horisontal)
Bendung karet memiliki 2
(dua) bagian pokok, yaitu:
a.
Tubuh
bending yang terbuat dari karet
b.
Pondasi
beton berbentuk pelat beton sebagai dudukan tabung karet, serta dilengkapi satu
ruang control dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol mengembang
dan mengempisnya tabung karet.
Bendung ini berfungsi
meninggikan muka air dengan cara mengembungkan tubuh bendung dan menurunkan
muka air dengan cara mengempiskannya. Tubuh bendung yang terbuat dari tabung
karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau air dari
pompa udara atau air dilengkapi dengan instrument pengontrol udara atau air
(manometer).
Bendung Saringan Bawah
Bendung
ini berupa bendung pelimpah yang dilengkapi dengan saluran penangkap dan
saringan. Bendung ini meloloskan air lewat saringan dengan membuat bak
penampung air berupa saluran penangkap melintang sungai dan mengalirkan airnya
ke tepi sungai untuk dibawa ke jaringan irigasi.
Operasionalnya
di lapangan dengan membiarkan sedimen dan batuan meloncat melewati bendung,
sedang air diharapkan masuk ke saluran penangkap. Sedimen yang tinggi
diendapkan pada saluran penangkap pasir yang secara periodik dibilas masuk
sungai kembali
Bendung Tipe Gergaji
Diperkenankan
dibangun dengan syarat harus dibuat di sungai yang alirannya stabil, tidak ada
tinggi limpasan maksimum, tidak ada material hanyutan yang terbawa oleh aliran.
Bagian-bagian Bangunan Utama
Bangunan
utama terdiri dari berbagai berikut:
a.
Bangunan bendung
b.
Bangunan pengambilan
c.
Bangunan pembilas (penguras)
d.
Kantong lumpur
e.
Perkuatan sungai
f.
Bangunan-bangunan pelengkap
Bangunan Bendung
Bangunan
bendung adalah bagian dari bangunan utama yang benar-benar dibangun di dalam air. Bangunan ini
diperlukan untuk memungkinkan dibelokannya air sungai ke jaringan irigasi,
dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau dengan memperlebar pengambilan
di dasar sungai seperti pada tipe
bendung saringan bawah (bottom
rack weir)
Bila
bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di sungai, maka
ada dua tipe yang dapat digunakan, yaitu:
(1)
bendung pelimpah dan
(2)
bendung gerak (barrage)
Bendung Gerak
Bendung
gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar; masalah yang
ditimbulkannya selama banjir kecil saja. Bendung gerak dapat mengatur muka air
di depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi.
Bendung gerak mempunyai kesulitan-kesulitan eksploitasi karena pintunya harus
tetap dijaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan apa pun.
Bendung Saringan Bawah
Bendung
saringan bawah adalah tipe bangunan yang dapat menyadap air dari sungai tanpa
terpengaruh oleh tinggi muka air. Tipe ini terdiri dari sebuah parit terbuka
yang terletak tegak lurus terhadap aliran sungai. Jeruji Baja (saringan)
berfungsi untuk mencegah masuknya batu-batu bongkah ke dalam parit. Sebenarnya bongkah dan batu-batu dihanyutkan
ke bagian hilir sungai. Bangunan ini digunakan di bagian/ruas atas sungai di
mana sungai hanya mengangkut bahan-bahan yang berukuran sangat besar.
Untuk keperluan-keperluan irigasi,
bukanlah selalu merupakan keharusan untuk meninggikan muka air di sungai. Jika
muka air sungai cukup tinggi, dapat dipertimbangkan pembuatan pengambilan
bebas; bangunan yang dapat mengambil air dalam jumlah yang cukup banyak selama waktu
pemberian air irigasi, tanpa membutuhkan tinggi muka air tetap di sungai
Pengambilan
Pengambilan adalah
sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi dibelokkan dari sungai melalui
bangunan ini. Pertimbangan utama dalam merencanakan sebuah bangunan pengambilan
adalah debit rencana pengelakan sedimen.
Pembilas
Pada tubuh
bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas guna mencegah
masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi. Pembilas dapat
direncanakan sebagai:
(1) pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan
(2) pembilas bawah (undersluice)
(3) shunt undersluice
(4) pembilas bawah tipe boks.
Tipe (2)
sekarang umum dipakai; tipe (1) adalah tipe tradisional; tipe (3) dibuat di
luar lebar bersih bangunan bendung dan tipe (4) menggabung pengambilan dan
pembilas dalam satu bidang atas bawah. Perencanaan pembilas dengan dinding
pemisah dan pembilas bawah telah diuji dengan berbagai penyelidikan model.
Kantong
Lumpur
Kantong
lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir
halus tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir berukuran 0,088
mm dan biasanya ditempatkan persis di sebelah hilir pengambilan. Bahan-bahan
yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong lumpur biasa dan harus
diangkut melalui jaringan saluran ke sawah-sawah. Bahan yang telah mengendap di
dalam kantong kemudian dibersihkan secara berkala. Pembersihan ini biasanya dilakukan
dengan menggunakan aliran air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan
tersebut kembali ke sungai. Dalam hal-hal tertentu, pembersihan ini perlu
dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan jalan mengeruknya atau dilakukan
dengan tangan.
Bangunan
Perkuatan Sungai
Pembuatan
bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan utama untuk menjaga agar
bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari:
(1) Bangunan
perkuatan sungai guna melindungi bangunan terhadap kerusakan akibat penggerusan
dan sedimentasi. Pekerjaan-pekerjaan ini
(2) umumnya
berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan/atau dinding pengarah.
(3) Tanggul
banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan akibat banjir.
(4) Saringan
bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar bongkah tidak
menyumbah bangunan selama terjadi banjir.
(5) Tanggul
penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan bendung dibuat di
kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan tersebut.
Bangunan Pelengkap
Bangunan-bangunan
atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan utama diperlukan keperluan
:
(1)
Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran;
(2)
Rumah untuk opreasi pintu;
(3)
Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga operasional,
gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan;
(4)
jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah di jangkau,
atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
(5)
instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi
serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam bangunan
bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.
Data-data yang dibutuhkan untuk
perencanaan bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi adalah:
(a)
Data kebutuhan air multisektor: merupakan data kebutuhan air yang diperlukan dan
meliputi jumlah air yang diperlukan untuk irigasi pertanian, jumlah kebutuhan
air minum, jumlah kebutuhan air baku untuk rumah tangga penggelontoran limbah
kota dan air untuk stabilitas aliran sungai dan kehidupan biota alami.
(b)
Data topografi: peta yang meliputi seluruh daerah aliran sungai peta situasi
untuk letak bangunan utama; gambar-gambar potongan memanjang dan melintang
sungai di sebelah hulu maupun hilir dari kedudukan bangunan utama.
(c)
Data hidrologi: data aliran sungai yang meliputi data banjir yang andal. Data
ini harus mencakup beberapa periode ulang; daerah hujan; tipe tanah dan
vegetasi yang terdapat di daerah aliran. Elevasi tanah dan luas lahan yang akan
didrain menyusut luas.
(d)
Data morfologi: kandungan sedimen, kandungan sedimen dasar (bedload) maupun
layang (suspended load) termasuk distribusi ukuran butir, perubahan-perubahan
yang terjadi pada dasar sungai, secara horisontal maupun vertikal, unsur
kimiawi sedimen.
(e)
Data geologi: kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan; keadaan
geologi lapangan, kedalaman lapisan keras, sesar, kelulusan (permeabilitas)
tanah, bahaya gempa bumi, parameter yang harus dipakai.
(f)
Data mekanika tanah: bahan pondasi, bahan konstruksi, sumber bahan timbunan,
batu untuk pasangan batu kosong, agregat untuk
beton, batu belah untuk pasangan batu, parameter tanah yang harus
digunakan.
(g)
Standar untuk perencanaan: peraturan dan standar yang telah ditetapkan secara
nasional, seperti SNI beton, daftar baja, SNI konstruksi kayu Indonesia, dan
sebagainya.
(h)
Data lingkungan dan ekologi
(i)
Data elevasi bendung sebagai hasil perhitungan muka air saluran dari luas sawah
yang diairi.
Debit
andalan
Debit
andalan dihitung berdasarkan data debit aliran rendah, dengan panjang data
minimal 20 tahun, debit andalan dibutuhkan untuk menilai luas daerah potensial
yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan. Perhitungan debit rendah
andalan dengan periode ulang yang diperlukan (biasanya 5 tahun), dibutuhkan
untuk menilai luas daerah potensial yang dapat diairi dari sungai yang
bersangkutan.
Adalah
penting untuk memperkirakan debit ini seakurat mungkin. Cara terbaik untuk
memenuhi persyaratan ini adalah dengan melakukan pengukuran debit (atau membaca
papan duga) tiap hari. Jika tidak tersedia data mengenai muka air dan debit,
maka debit rendah harus di hitung berdasarkan curah hujan dan data limpasan air
hujan dari daerah aliran sungai.
Neraca
air
Neraca
air (water balance) seluruh sungai harus dibuat guna mempertimbangkan perubahan
alokasi/penjatahan air akibat dibuatnya bangunan utama. Hak atas air,
penyadapan air di hulu dan hilir sungai pada bangunan bendung serta kebutuhan
air di masa datang, harus ditinjau kembali.
Morfologi
(a)
Data-data fisik yang diperlukan dari sungai untuk perencanaan bendung adalah:
-
Kandungan dan ukuran sedimen disungai tersebut
-
Tipe dan ukuran sedimen dasar yang ada
-
Pembagian (distribusi) ukuran butir dari sedimen yang ada
-
Banyaknya sedimen dalam waktu tertentu
-
Pembagian sedimen secara vertikal dalam sungai
(b)
Data historis profil melintang sungai dan gejala terjadinya degradasi dan
agradasi sungai dimana lokasi bendung direncanakan dibangun.
Geometrik
Sungai
Data
geometri sungai yang dibutuhkan berupa bentuk dan ukuran dasar sungai terdalam,
alur palung dan lembah sungai secara vertikal dan horisontal mencakup
parameter-parameter yang disebut di bawah.
-
lebar
-
kemiringan
-
ketinggian
Profil
sungai, mencakup profil dasar, tebing alur dan palung sungai. Data tersebut
merupakan data topografi.
Lokasi bangunan bendung dan pemilihan
tipe yang paling cocok dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:
-
Tipe, bentuk dan morfologi sungai
-
Kondisi hidrolis anatara lain elevasi yang diperlukan untuk irigasi
-
Topografi pada lokasi yang direncanakan,
-
Kondisi geologi teknik pada lokasi,
-
Metode pelaksanaan
-
Aksesibilitas dan tingkat pelayanan
Syarat-syarat
Penentuan Lokasi Bendung
Aspek
yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung adalah :
1.
Pertimbangan topografi
2.
Kemantapan geoteknik fondasi bendung
3.
Pengaruh hidraulik
4.
Pengaruh regime sungai
5.
Tingkat kesulitan saluran induk
6.
Ruang untuk bangunan pelengkap bendung
7.
Luas layanan irigasi
8.
Luas daerah tangkapan air
9.
Tingkat kemudahan pencapaian
10.
Biaya pembangunan
11. Kesepakatan
stakeholder
1.
Pertimbangan topografi
Lembah
sungai yang sempit berbentuk huruf V dan tidak terlalu dalam adalah lokasi yang
ideal untuk lokasi bendung, karena pada lokasi ini volume tubuh bendung dapat
menjadi minimal. Lokasi seperti ini mudah didapatkan pada daerah pegunungan,
tetapi di daerah datar dekat pantai tentu tidak mudah mendapatkan bentuk lembah
seperti ini. Di daerah transisi (middle reach) kadang-kadang dapat ditemukan
disebelah hulu kaki bukit. Sekali ditemukan lokasi yang secara topografis ideal
untuk lokasi bendung, keadaan topografi di daerah tangkapan air juga perlu
dicek. Apakah topografinya terjal sehingga mungkin terjadi longsoran atau
tidak. Topografi juga harus dikaitkan dengan karakter hidrograf banjir, yang
akan mempengaruhi kinerja bendung. Demikian juga topografi pada daerah calon
sawah harus dicek. Yang paling dominan adalah pengamatan elevasi hamparan
tertinggi yang harus diairi. Analisa ketersediaan selisih tinggi energi antara
elevasi puncak bendung pada lokasi terpilih dan elevasi muka air pada sawah
tertinggi dengan keperluan energi untuk membawa air ke sawah tersebut akan
menentukan tinggi rendahnya bendung yang diperlukan. Atau kalau perlu menggeser
ke hulu atau ke hilir dari lokasi yang sementara terpilih. Hal ini dilakukan
mengingat tinggi bendung sebaiknya dibatasi 6-7 m. Bendung yang lebih tinggi
akan memerlukan kolam olak ganda (double jump).
2. Kemantapan geoteknik
Keadaan
geoteknik fondasi bendung harus terdiri dari formasi batuan yang baik dan
mantap. Pada tanah aluvial kemantapan fondasi ditunjukkan dengan angka standar
penetration test (SPT)>40. Bila angka SPT<40 sedang batuan keras jauh dibawah
permukaan, dalam batasbatas tertentu dapat dibangun bendung dengan tiang
pancang. Namun kalau tiang pancang terlalu dalam dan mahal sebaiknya
dipertimbangkan pindah lokasi. Stratigrafi batuan lebih disukai menunjukkan
lapisan miring ke arah hulu. Kemiringan ke arah hilir akan mudah terjadinya
kebocoran dan erosi buluh. Sesar tanah aktif harus secara mutlak dihindari,
sesar tanah pasif masih dapat dipertimbangkan tergantung justifikasi ekonomis
untuk melakukan perbaikan fondasi. Geoteknik tebing kanan dan kiri bendung juga
harus dipertimbangkan terhadap kemungkinan bocornya air melewati sisi kanan dan
kiri bendung. Formasi batuan hilir kolam harus dicek ketahanan terhadap gerusan
air akibat energi sisa air yang tidak bisa dihancurkan dalam kolam olak.
3.
Pengaruh Hidraulik
Keadaan
hidraulik yang paling ideal bila ditemukan lokasi bendung pada sungai yang
lurus. Pada lokasi ini arah aliran sejajar, sedikit arus turbulen, dan
kecenderungan gerusan dan endapan tebing kiri kanan relatif sedikit. Dalam
keadaan terpaksa, bila tidak ditemukan bagian yang lurus, dapat ditolerir lokasi
bendung tidak pada bagian sungai yang lurus betul. Perhatian khusus harus
diberikan pada posisi bangunan pengambilan yang harus terletak pada tikungan
luar sungai. Hal ini dimaksudkan agar pengambilan air irigasi bisa lancar masuk
ke intake dengan mencegah adanya endapan didepan pintu pengambilan. Maksud ini
akan lebih ditunjang apabila terdapat bagian sungai yang lurus pada hulu lokasi
bendung.
4.
Pengaruh regime sungai
Regime
sungai mempunyai pengaruh yang cukup dominan dalam pemilihan lokasi bendung.
Salah satu gambaran karakter regime sungai yaitu adanya perubahan geometri
sungai baik. secara horizontal ke kiri dan ke kanan atau secara vertikal akibat
gerusan dan endapan sungai.
Bendung
di daerah pegunungan dimana kemiringan sungai cukup besar, akan terjadi
kecenderungan gerusan akibat gaya seret aliran sungai yang cukup besar.
Sebaliknya di daerah dataran dimana kemiringan sungai relatif kecil akan ada
pelepasan sedimen yang dibawa air menjadi endapan tinggi di sekitar bendung.
Jadi dimanapun kita memilih lokasi bendung tidak akan terlepas dari pengaruh
endapan atau gerusan sungai. Kecuali di pegunungan ditemukan lokasi bendung
dengan dasar sungai dari batuan yang cukup kuat, sehingga mempunyai daya tahan batuan
terhadap gerusan air yang sangat besar, maka regime sungai hampir tidak
mempunyai pengaruh terhadap lokasi bendung.
Yang
perlu dihindari adalah lokasi dimana terjadi perubahan kemiringan sungai yang
mendadak, karena ditempat ini akan terjadi endapan atau gerusan yang tinggi.
Perubahan kemiringan dari besar menjadi kecil akan mengurangi gaya seret air
dan akan terjadi pelepasan sedimen yang dibawa air dari hulu. Dan sebaliknya
perubahan kemiringan dari kecil ke besar akan mengkibatkan gerusan pada hilir
bendung. Meskipun keduanya dapat diatasi dengan rekayasa hidraulik, tetapi hal
yang demikan tidak disukai mengingat memerlukan biaya yang tinggi.
5.
Tingkat kesulitan saluran induk
Lokasi
bendung akan membawa akibat arah trace saluran induk. Pada saat lokasi bendung
dipilih dikaki bukit, maka saluran induk biasanya berupa saluran kontur pada
kaki bukit yang pelaksanaannya tidak terlalu sulit. Namun hal ini biasanya
elevasi puncak bendung sangat terbatas, sehingga luas layanan irigasi juga
terbatas. Hal ini disebabkan karena tinggi bendung dibatasi 6-7 m saja. Untuk
mengejar ketinggian dalam rangka mendapatkan luas layanan yang lebih luas,
biasanya lokasi bendung digeser ke hulu. Dalam keadaan demikian saluran induk
harus menyusuri tebing terjal dengan galian yang cukup tinggi. Sejauh galian
lebih kecil 8 m dan timbunan lebih kecil 6 m, maka pembuatan saluran induk
tidak terlalu sulit.
6.
Ruang untuk bangunan pelengkap
bendung
Meskipun
dijelaskan dalam butir 1 bahwa lembah sempit adalahpertimbangan topografis yang
paling ideal, tetapi juga harus dipertimbangkan
tentang perlunya ruangan untuk keperluan bangunan pelengkap bendung. Bangunan tersebut adalah kolam pengendap, bangunan kantor dan gudang, bangunan rumah
penjaga pintu, saluran penguras
lumpur, dan komplek pintu penguras, serta bangunan pengukur debit. Kolam pengendap dan
saluran penguras biasanya memerlukan
panjang 300 – 500 m dengan lebar 40 – 60 m, diluar tubuh bendung. Lahan tambahan diperlukan untuk satu kantor, satu gudang dan 2-3 rumah penjaga bendung.
Pengalaman selama ini sebuah rumah penjaga bendung tidak memadai, karena penghuni tunggal akan terasa jenuh dan cenderung meninggalkan
lokasi.
7.
Luas layanan irigasi
Lokasi
bendung harus dipilih sedemikian sehingga luas layanan irigasi agar
pengembangan irigasi dapat layak. Lokasi bendung kearah hulu akan mendapatkan
luas layanan lebih besar bendung cenderung dihilirnya. Namun demikian
justifikasi dilakukan untuk mengecek hubungan antara tinggi luas layanan
irigasi. Beberapa bendung yang sudah definitip, kadang-kadang dijumpai
penurunan 1 m, yang dapat menghemat beaya pembangunan hanya mengakibatkan
pengurangan luas beberapa puluh Ha saja. Oleh karena itu kajian tentang
kombinasi tinggi bendung dan luas layanan irigasi perlu dicermati sebelum
diambil keputusan final.
8.
Luas daerah tangkapan air
Pada
sungai bercabang lokasi bendung harus dipilih sebelah hulu atau hilir cabang
anak sungai. Pemilihan sebelah hilir akan mendapatkan daerah tangkapan air yang
lebih besar, dan tentunya akan mendapatkan debit andalan lebih besar, yang
muaranya akan mendapatkan potensi irigasi lebih besar. Namun pada saat banjir
elevasi deksert harus tinggi untuk menampung banjir 100 tahunan ditambah tinggi
jagaan (free board) atau menampung debit 1000 tahunan tanpa tinggi jagaan. Lokasi
di hulu anak cabang sungai akan mendapatkan debit andalan dan debit banjir
relatip kecil, namun harus membuat bangunan silang sungai untuk membawa air di
hilirnya. Kajian teknis, ekonomis, dan sosial harus' dilakukan dalam memilih
lokasi bendung terkait dengan luas daerah tangkapan air.
9.
Biaya pembangunan
Dalam
pemilihan lokasi bendung, perlu adanya pertimbangan pemilihan beberapa
alternatif, dengan memperhatikan adanya faktor dominan. Faktor dominan tersebut
ada yang saling memperkuat dan ada yang saling melemahkan. Dari beberapa
alternatip tersebut selanjutnya dipertimbangkan metode pelaksanaannya serta
pertimbangan lainnya antara lain dari segi O & P. Hal ini antara lain akan
menentukan besarnya beaya pembangunan. Biasanya beaya pembangunan ini adalah pertimbangan
terakhir untuk dapat memastikan lokasi bendung dan layak dilaksanakan.
10. Kesepakatan pemangku kepentingan
Sesuai
amanat dalam UU No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air dan Peraturan Pemerintah No.
20/2006 tentang Irigasi bahwa keputusan penting dalam pengembangan sumberdaya
air atau irigasi harus didasarkan kesepakatan pemangku kepentingan lewat
konsultasi publik. Untuk itu keputusan mengenai lokasi bendungpun harus
dilakukan lewat konsultasi publik, dengan menyampaikan seluas-luasnya mengenai alternatif-alternatif
lokasi, tinjauan dari aspek teknis, ekonomis, dan sosial. Keuntungan dan
kerugiannya, dampak terhadap para pemakai air. di hilir bendung, keterpaduan
antar sektor, prospek pemakaian air di masa datang harus disampaikan pada pemangku
kepentingan terutama masyarakat tani yang akan memanfaatkan air irigasi.
Tipe Bangunan
Bangunan
dapat digolongkan menjadi dua, yakni bangunan yang mempengaruhi dan yang tidak
mempengaruhi muka air hulu. Termasuk dalam kategori pertama adalah bendung
pelimpah dan bendung gerak. Kedua tipe tersebut mampu membendung air sampai tinggi
minimum yang diperlukan. Pintu bendung gerak mempunyai pintu yang dapat dibuka
selama banjir guna mengurangi tinggi pembendungannya. Bendung pelimpah tidak
bisa mengurangi tinggi muka air hulu sewaktu banjir.
Kategori
bangunan kedua meliputi pengambilan bebas, pompa dan bendung saringan bawah.
Tak satu pun dari tipe-tipe bangunan ini yang mempengaruhi muka air. Semua
bangunan ini dapat dibuat dari pasangan batu atau beton, atau campuran kedua
bahan ini yang masing-masing bahan bangunannya mempengaruhi bentuk dan
perencanaan bangunan tersebut. Bahan-bahan lain jarang dipakai di Indonesia dan
tidak akan dibicarakan di sini.
(i) Pasangan batu
Sampai
saat ini pasangan batu dilaksanakan dengan cara tidak standart dan belum
ditemukan cara mengontrol kekuatan pasangan batu. Kualitas pasangan batu kali
sangat ditentukan oleh komposisi campuran dan kerapatan adukan dalam speci
antar batu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kedisiplinan tukang dalam
merocok adukan dan tingkat kejujuran pengawas lapangan. Perilaku tukang dan
pengawas yang kurang memadai dapat mengakibatkan rendahnya mutu pasangan batu
kali. Pasangan batu kali dapat dipakai pada bangunan melintang sungai dengan
syarat-syarat batasan sebagai berikut :
a.
Tinggi bendung maksimum 3 m
b.
Lebar sungai maksimum 30 m
c.
Debit sungai per satuan lebar dengan periode ulang 100 tahun maksimum 8 m3/dt/m
d.
Tinggi tembok penahan tanah maksimum 6 m
Bangunan
atau bagian bangunan diluar syarat-syarat batasan di atas akan memakai material lain misalnya beton, yang tentunya memerlukan
biaya lebih mahal, namun lebih memberikan jaminan kualitas dan keamanan bangunan.
Pasangan batu akan dipakai apabila bahan bangunan ini (batu-batu berukuran
besar) dapat ditemukan di atau dekat daerah itu. Permukaan bendung yang terkena
abrasi langsung dengan air dan pasir, biasanya dilindungi dengan lapisan batu
keras yang dipasang rapat-rapat. Batu ini disebut batu candi, yaitu batu-batu
yang dikerjakan dengan tangan dan dibentuk seperti kubus agar dapat dipasang
serapat mungkin.
(ii) Beton
Di
Indonesia beton digunakan untuk bendung pelimpah skala besar dan tinggi
melebihi syarat-syarat batasan seperti tersebut dalam butir (i). Meskipun
biayanya tinggi, tetapi lebih memberikan jaminan kualitas dan keamanan
bangunan. Hal ini bisa tercapai karena prosedur pelaksanaan dan kontrol
kekuatan bahan mengacu pada standart yang sudah baku. Di samping itu di daerah-daerah
di mana tidak terdapat batu yang cocok untuk konstruksi pasangan batu, beton
merupakan alternatif.
(iii) Beton Komposit
Bendung
skala besar dan/atau tinggi melebihi batasan syaratsyarat dalam butir (i) yang
terbuat dari beton, akan memerlukan biaya yang mahal mengingat volumenya yang
besar. Dalam hal demikian tanpa mengurangi syarat-syarat keamanan struktur bangunan
diperbolehkan menggunakan beton komposit, yaitu struktur beton yang di dalam
tubuhnya diisi dengan pasangan batu kali. Tebal lapisan luar beton minimal 60
cm.
No comments:
Post a Comment