Perencanaan Geometrik Jalan
Perencanaan geometrik
jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititikberatkan pada
perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan, yaitu
memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke
rumah-rumah. Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan
infrastruktur yang nyaman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan
memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/ biaya pelaksanaan.
Ruang, bentuk dan
ukuran jalan dikatakan baik jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pemakai jalan. Dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan
karakteristik arus lalu lintas. Faktor-faktor tersebut disebut sebagai
“parameter perencanaan”.
Perancangan Geometrik Jalan
Beberapa hal tentang
jalan;
Menurut Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan.
Sistem Jaringan Jalan
- Sistem
jaringan jalan primer yang merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jas untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa, distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan.
- Sistem
jaringan jalan sekunder yang merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.
Pengelompokan Jalan Menurut Fungsi
- Jalan
Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
- Jalan
Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembanding dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
- Jalan
Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setemppat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jalan masuk tidak
dibatasi.
- Jalan
Lingkungan, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Pengelompokan Jalan Menurut Status
- Jalan
Nasional, yaitu jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi dan jalan strategis nasional serta
jalan tol.
- Jalan
Provinnsi, yaitu jalan kolektor dalam
sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu
kota kabupaten/ desa atau antar ibu kota kabupaten.
- Jalan
Kabupaten, yaitu jalan lokal dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan
ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat
kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal.
- Jalan
Kota, yaitu jalan umum dalan sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan antar pusat pelayanan dengan
persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat pemukiman
yang ada di dalam kota.
Elemen Perencanaan Geometrik Jalan
- Alinemen
Horizontal/ Trase Jalan (Horizontal Alignment), terutama dititik beratkan pada perencanaan sumbu jalan. Pada alinemen
horizonta akan terlihat apakah jalan tersebut meruoakan jalan lurus, menikung
ke kiri atau ke kanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus,
lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk garis lurus ke
bentuk busur lingkaran. Perencanaan geometrik jalan menfokuskan pada pemilihan
letak dan panjang dari bagian-bagian ini, sesuai dengan kondisi medan sehingga
terpenuhi kebutuhan akan pengoperasian lalu lintas, dan keamanan (ditinjau dari
jarak pandangan dan sifat mengemudikan kendaraan di tikungan).
- Alinemen
Vertikal/ Penampang Memanjang Jalan (Vertical Alignment), pada gambar alinemen
vertikal akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau
menurun. Pada perencanaan alinemen vertikal dipertimbangkan bagaimana meletakan
sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat operasi kendaraan, keamanan, jarak
pandangan dan fungsi jalan. Pemilihan alinemen vertikal berkaitan dengan
pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang
harus dilakukan.
- Jarak
Pandangan (Sight Distance)
- Penampang
Melintang Jalan, bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada
atau tidaknya median, drainase permukaan, kelandaian lereng tebing, galian dan
timbunan, serta bangunan pelengkap lainnya dapat dilihat dari penampang
melintang jalan.
- Persilngan
Jalan (Intersection/ Interchange)
Catatan:
Koordinasi yang baik
antara bentuk alinemen vertikal dan horizontal memberikan keamanan dan kenyamanan
pada pemakai jalan.
Penomoran jalan
diperlukan sebagai alat untuk mengenal lokasi jalan dengan mudah.
Bentuk perancangan
geometrik sangat dipengaruhi oleh fungsi jalan.
Jalan dibagi ke dalam
dua bagian, yaitu:
- Aspek
Geometrik (di permukaan jalan), dipelajari tentang sifat-sifat lintasan garis,
misal garis lurus. Garis menyudut.

- Perkerasan
(dari permukaan sampai tanah dasar), dipelajari tentang ketebalan konstruksi
jalan dari permukaan sampai permukaan tanah dasar.
1. Alinemen Horizontal, proyeksi horizontal
sumbu jalan (tampak atas)

2. Alinemen Vertikal, potongan memanjang
sumbu permukaan jalan.


3. Jarak Pandangan (jarak pandang henti dan
jarak pandang menyiap), suatu jarak di atas permukaan jalan yang aman bagi
pengemudi untuk menghentikan kendaraan atau untuk melakukan gerakan menyiap
kendaraan lain.
4.
Persilangan
Jalan:
-
Intersection/ Persilangan Sebidang, bisa diatur
dengan traffic light atau dengan fasilitas jalan lainnya.

-
Interchange/ Persilangan Tidak Sebidang

5.
Penampang
Melintang Jalan
Penampang
melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Pada
potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian
jalan yang utama dapat dikelompokkan sebagai berikut:
A.
Bagian
yang langsung berguna untuk lalu lintas:
1. Jalur lalu lintas (travelled way/ crriage
way), merupakan keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan
untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa lajur
(lane) kendaraan. Lajur kendaraan yaitubagian dari jalur lalu lintas yang
khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda empat
atau lebih dalam satu arah. Jadi jumlah lajur minimal unuk jalan dua arah adalah
2 dan pada umumnya disebut sebagai jalan
2 lajur 2 arah. Jalur lalu lintas untuk satu arah minimal terdiri dari satu
lajur lalu litas.
2.
Lajur
lalu lintas
Lebar lajur
lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang jalan
secara keseluruhan. Biasanya lebar lajur lalu lintas hanya dapat ditentukan
dengan pengamatan langsung dilapangan, karena:
a. Lintasan
kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapat diikuti oleh lintasan kendaraan
lain dengan tepat.
b. Lajur
lalu lintas tidak mungkin tepat sama dengan lebar kendaraan maksimum. Untuk
keamanan dan kenyamanan setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antara
kendaraan.
c. Lintasan
kendaraan tak mungkin di buat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas, karena kendaraan selama
bergerak akan mengalami gaya-gaya samping seperti tidak ratanya permukaan, gaya
sentrifugal di tikungan, dan gaya angin akibat kendaraan lain menyiap.
Lebar kendaraan penumpang pada umumnya
bervariasi antara 1,50 m – 1,75 m. Bina marga mengambil lebar kendaraan rencana
untuk mobil penumpang adalah 1,70 m, dan 2,50 m untuk kendaraan rencana truk/
bis/ semitrailer. Lebar jalur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah
dengan ruang bebas antara kendaraan yang besarnya sangat ditentukan oleh
keamanan dan kenyamanan yang diharapkan. Jalan yang dipergunakan untuk lalu
lintas dengan kecepatan tinggi
membutuhkan ruang bebas untuk menyiap dan bergerak yang lebih besar
dibandingkan dengan jalan dengan kecepatan rendah.
Pada jalan lokal (kecepatan rendah)
lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75 m) cukup memadai untuk jalan 2 lajur
dengan 2 arah. Dengan pertimbangan biaya
yang tersedia, lebar 5,00 m pun masih diperkenankan. Jalan arteri yang
direncanakan untuk kecepatan tinggi mempunyai lebar lajur lalu lintas lebih
besar dari 3,25 m, sebaiknya 3,50 m.
Jumlah
Lajur Lalu Lintas
Banyaknya lajur yang dibutuhkan sangat
tergantung dar volume lalu lintas yang akan memakai jalan tersebut dari tingkat
pelayanan jalan yang diharapkan.
Kemiringan
Melintang Jalur Lalu Lintas
Kemiringan melintang jalur lalu lintas
di jalan lurus diperuntukkan terutama untuk kebutuhan drainase jalan. Air yang
jatuh di atas permukaan jalan supaya cepat dialirkan ke saluran-saluran
pembuangan. Kemiringan melintang bervariasi antara 2%-4%, untuk jenis lapisan
permukaan dengan mempergunakan bahan pengikat seperti asapal atau semen.
Semakin kedap air lapisan tersebut
semakin kecil kemiringan melintang yang dapat dipergunakan. Sedangkan
untuk jalan dengan lapisan permukaan belum mempergunakan bahan pengikat seperti
jalan berkerikil kemiringan melintang dibuat 5%.
Kemiringan
melintang jalur lalu lintas di tikungan dibuat untuk kebutuhan keseimbangan
gaya sentrifugal yang bekerja, di samping kebutuhan akan drainase. Besarnya
kemiringan melintang yang dibutuhkan pada tikungan terdapat pada “Alinemen
Horizontal”.
3.
Bahu jalan
Bahu jalan
adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang berfungsi
sebagai;
a) Ruangan
untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti
karena pengemudi ingin berkonsentrsai mengenai jurusan yang akan ditempuh atau
untuk beristirahat.
b) Ruang
untuk menghindarkan diri dari saat-saat darurat, sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan.
c) Memberikan
kelegaan kepada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan
yang bersangkutan.
d) Memberikan
sokongan pada konstruksi perkerasan dari arah samping.
e) Ruangan
pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan atau pemeliharaan jalan (untuk tempat
penempatan alat0alat dan penimbunan bahan material).
f) Ruangan
untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat dibutuhkan
pada keadaan darurat seperti saat terjadi kecelakaan.
Jenis Bahu
Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan
atas:
a.
Bahu yang tidk diperkeras, yaitu bahu yang hanya
di buat dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat. Biasanya digunakan
material agregat bercampur terikat lempung. Bahu yang tidak diperkras ini
dipergunakan untuk daerah yang tidak begitu penting, dimana kendaraan yang
berhenti dan mempergunakan bahu tidak begitu banyak jumlahnya.
b.
Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan
mempergunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih kedap air
dibandingkan dengan bahu yang tidak doperkeras. Bahu jenis ini dipergunakan
untuk jalan-jalan dimana kendaraan yang akan berhnti dan memakai bagian
tersebut besar jumlahnya, seperti di sepanjang jalan tol, di sepanjang jalan
arteri yang melintasi kota, dan di tikungan-tikungan tajam.
Di lihat dari letaknya bahu terhadap arah arus lalu lintas,
maka bahu jalan dapat dibedakan atas:
a. Bahu
kiri/ bahu luar (left shoulder/ outer shoulder), adalah bahu yang terletak di
sebelah kiri dari lajur lalu lintas.
b. Bahu
kanan/ bahu dalam (right/ inner shoulder), yaitu bahu yang terletak di tepi
sebelah kanan dari jalur lalu lintas.
Lebar Bahu Jalan
Besarnya lebar bahu jalan sangat dipengaruhi oleh:
a. Fungsi
jalan
Jalan
arteri direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalan
lokal. Dengan demikian jalan arteri membutuhkkan kebebasan samping, keamanan
dan kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar bahu yang lebih besar dari
jalan lokal.
b. Volume
lalu lintas
Volume
lallu lintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu jalan yang lebih besar
dibandingkan dengan volume lalu lintas yang rendah.
c. Kegiatan
di sekitar jalan
Jalan yang
melintasi daerah perkotaan, pasar, sekolah, membutuhkan lebar bahu jalan yang
lebih lebar/ besar dari pada jalan yang melintasi daerah rural, karena bahu
jalan tersebut akan dipergunakan pula sebagai temoat parkir dan pejalan kaki.
d. Ada
atau tidaknya trotoar
e. Biaya
yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah, dan biaya untuk
konstruksi.
Lebar bahu
jalan dengan demikian dapat bervariasi antara 0,5 m- 2,5 m.
Lereng Melintang Bahu Jalan
Berfungsi
atau tidaknya lereng melinttang perkerasan jalan untuk mengalirkan air hujan
yang jatuh di atasnya sangat ditentukan oleh kemiringan melintang bagian
samping jalur perkerasan itu sendiri, yaitu kemiringan melintang bahu jalan.
Kemiringan melintang bahu yang tidak baik ditambah pula dengan bahu dari jenis
yang tidak diperkeras akan menyebabkan air hujan merembes masuk ke lapisan
perkerasan jalan. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan
perkerasan. Lepasnya ikatan antara agregat dan aspal yang akhirnya memperpendek
umur pelayanan jalan.
Guna
keperluan tersebut, haruslah di buat kemiringan melintang bahu jalan yang
sebesar-besarnya tetappi masihaman dan nyaman bagi pengemudi kendaraan.
Kemiringan melintang bahu lebih besar dari kemiringan melintang jalur
perkerasan jalan. Kemiringan melintang bahu dapat bervariasi sampai dengan 6%,
tergantung dari jenis permukaan bahu, intensitas hujan, dan kemungkinan
penggunaan bahu jalan. Pada daerah tikungan yang tajam, kemiringan melintang
jalur perkerasan juga ditentukan dari kebutuhan akan keseimbangan gaya akibabt
gaya sentrifugal yang bekerj. Besar dan arah kemiringan melintang bahu harus
juga disesuaikan demi keamanan pemakai jalan dan fungsi drainase itu sendiri.
Perubahan kalandaian antara kemiringan melintang perkerasan jalan dan bahu
(roll over) maksimum 8%.
4.
Trotoar
(Jalur Pejalan Kaki/ Side Walk)
Trotoar
adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus
dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki, maka
trotoar ini harus dibuat terpisah dari
jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb. Perlu atau tidaknya trotoar
diadakan sangat tergantung dari volume pedestrian dan volume lalu lintas pemakai
jalan tersebut.
Lebar Trotoar
Lebar
trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan kaki, tingkat pejalan
kaki yang diingkan, dan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5 m- 3,0 m merupakan
nilai yang umum dipergunakan.
5.
Median
Pada arus
lalu lintas yang tinggi seringkali dibutuhkan median guna memisahkan arus lalu
lintas yang berlawanan arah. Jadi mdian adalah jalur yang terletak ditengah
jalur untuk membahi jalan dalam masing-masing arah.
Fungsi Median;
a. Menyediakan
daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih dapat mengontrol kendaraanya
pada saat-saat darurat.
b. Menyediakan
jarak yang cukup untuk membatasi/ mengurangi kesilauan terhadap lampu besar
dari kendaraan yang berlawanan arah
c. Menambah
rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan
bagi setiap pengemudi.
d. Mengamankan
kebebasan samping dari masing-masing arah lalu lintas.
Untuk
memenuhi keperluan-keperluan tersebut di atas, maka median serta batas-batasnya
harus nyata oleh setiap mata pengemudi baik pada siang hari maupun pada malam
hari serta segala cuaca dan keadaan lebar median bervariasi antara 1,0 m-12 m.
Median dengan lebar 5 meter sebaiknya
ditinggikan dengan kereb atau dilengkapi dengan pembatas agar tidak dilanggar
kendaraan. Semakin lebar median semakin baik bagi lalu lintas tetapi semakin
mahal biaya yang dibutuhkan. Jadi biaya yang tersedia dan fungsi jalan sangat
menentukan lebar median yang dipergunakan.
Jalur Tpian Median
Di samping
median, terdapat apa yang dinamakan jaur tepian median, yaitu jalur yang terletak berdampingan dengan
median (pada ketinggian yang sama dengan jalur perkerasan). Jalur tepian median
ini berfungsi untuk mengamankan kebebasan samping dri arus lalu lintas. Lebar
jalur tepian median dapat bervariasi antara 0,25m-0,75m dan dibatasi dengan
marka berupa garis putih menerus.
B.
Bagian
Yang Berguna Bagi Drainase Jalan
1.
Saluran
Samping
Saluran
samping berguna untuk:
a. Mengalirkan
air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar jalan.
b. Menjaga
supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan yang tidak terendam air.
Umumnya
bentuk saluran samping adalah travesium, atau empat persegi panjajg. Untuk
daerah perkotaan, dimana daerah pembebasan jalan sudah sangat terbatas, maka
saluran samping dapat dibuat empat persegi panjang dari konstrukasi beton dan
ditempatkan di bawah trotoar. Sedangkan di daerah pedalaman dimana pembebasan
jalan bukan menjadi masalh, saluran samping umumnya dibuat berbentuk trapesium.
Dinding saluran dapat dengan mempergunakan pasangan batu kali, atau tanah asli.
Lebar dasar saluran disesuaikan dengan besarnya debit yang diperkirakan akan
mengalir pada saluran tersebut, minimum sebesar 30cm.
Landai dasar saluran biasanya dibuat
mengikuti kelandaian dari jalan. Tetapi pada kelandaian jalan yang cukup besar,
dan saluran hanya terbuat dari tanah asli, kelandaian dasar saluran tidak lagi
mengikuti kelandaian jalan. Hal ini untuk mencegah pengikisan oleh aliran air.
Kelandaian dasar saluran dibatasi sesuai dengan material dasar saluran. Jika
terjadi perbedaan yang cukup besar antara kelandaian dasar saluran dengan
kelandaian jalan, maka perlu dibuatkan terasering.

2.
Kemiringan
Melintang Jalur Lalu Lintas
3.
Kemiringan
Melintang Bahu
4.
Kemiringan
Lereng/ Talud
Talud jalan
umumnya dibuat 2H:1V, tetapi untuk tanah-tanah yang mudah longsor talud jalan
harus dibuat sesuai dengan besarnya landai yang aman, yang diperoleh dari
perhitungan kestabilan lerng. Berdasarkan keadaan tanah pada lokasi jalan
tersebut, mungkin saja dibuat beronjong, tembok penahan tanah, lereng
bertingkat (berm) ataupun hanya ditutupi rumput saja.
C.
Bagian
Pelengkap Jalan
1.
Kereb
Yang
dimaksud dengan kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi prkerasan atau
bahu jalan yang terutama dimaksudkan untuk keperuan-keperluan drainase,
mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasan, dan memberokan ketegasan
tepi perkerasan. Pada umumnya kereb digunakan pada jalan-jalan di daerah
perkotaan, sedangkan untuk jalan-jalan antar kota kereb hanya dipergunakan jika
jalan tersebut direncanakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi atau
apabila melintasi perkampungan.
Berdasarkan
fungsi dari kereb, maka kereb dapat dibedakan atas:
a. Kereb
peninggi (mountable curb), adalah kereb yang direncanakan agar dapat di daki
kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir jalan/ jalur lalu
lintas untuk kemudahan di daki oleh kendaraan maka kereb harus mempunyai bentuk
permukaan lengkung yang baik. Tingginya berkisar antara 10-15 cm.
b. Kereb
penghalang (barrier curb), adalah kereb yang direncanakan untuk menghalangi
atau mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median,
trotoar pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar antara
25-30cm.
c. Kereb
berparit (gutter curb), adalah kereb yang dirncanakan untuk mmbentuk sistem
drainase perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus diletakkan di tepi luar dari
perkerasan, sedangkan pada tikungan diletakkan pada tepi dalam. Tingginya
berkisar antara 10-20cm.,
d. Kereb
penghalang berparit (barrier gutter curb), adalah kereb penghalang yang
direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Tingginya
berkisar antara 20-30cm.
2.
Pengaman
Tepi
Pengaman
tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika terjadi
kecelakaan, dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan. Umumnya
dipergunakan di sepanjang jalan yang menyusur jurang, pada tanah timbunan
dengan tikungan yang tajam, pada tepi-teoi jalan dengan tinggi timbunan lebih
besar dari 2,5m, dan pada jalan-jalan dengan kecepatan tinggi.
No comments:
Post a Comment