Monday, October 22, 2012

Perancangan Geometrik Jalan


Perencanaan Geometrik Jalan
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititikberatkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan, yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke rumah-rumah. Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infrastruktur yang nyaman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/ biaya pelaksanaan.
Ruang, bentuk dan ukuran jalan dikatakan baik jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan. Dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan karakteristik arus lalu lintas. Faktor-faktor tersebut disebut sebagai “parameter perencanaan”.

Perancangan Geometrik Jalan
Beberapa hal tentang jalan;
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan.
Sistem Jaringan Jalan
-  Sistem jaringan jalan primer yang merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jas untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa, distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
-  Sistem jaringan jalan sekunder yang merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
Pengelompokan Jalan Menurut Fungsi
-  Jalan Arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi.
-  Jalan Kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembanding dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
-  Jalan Lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setemppat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jalan masuk tidak dibatasi.
-  Jalan Lingkungan, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Pengelompokan Jalan Menurut Status
-  Jalan Nasional, yaitu jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol.
-  Jalan Provinnsi, yaitu  jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/ desa atau antar ibu kota kabupaten.
-  Jalan Kabupaten, yaitu jalan lokal dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal.
-  Jalan Kota, yaitu jalan umum dalan sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan antar pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat pemukiman yang ada di dalam kota.

Elemen Perencanaan Geometrik Jalan
-  Alinemen Horizontal/ Trase Jalan (Horizontal Alignment), terutama dititik beratkan  pada perencanaan sumbu jalan. Pada alinemen horizonta akan terlihat apakah jalan tersebut meruoakan jalan lurus, menikung ke kiri atau ke kanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk garis lurus ke bentuk busur lingkaran. Perencanaan geometrik jalan menfokuskan pada pemilihan letak dan panjang dari bagian-bagian ini, sesuai dengan kondisi medan sehingga terpenuhi kebutuhan akan pengoperasian lalu lintas, dan keamanan (ditinjau dari jarak pandangan dan sifat mengemudikan kendaraan di tikungan).
-  Alinemen Vertikal/ Penampang Memanjang Jalan (Vertical Alignment), pada gambar alinemen vertikal akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan alinemen vertikal dipertimbangkan bagaimana meletakan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan  sifat operasi kendaraan, keamanan, jarak pandangan dan fungsi jalan. Pemilihan alinemen vertikal berkaitan dengan pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan.
-  Jarak Pandangan (Sight Distance)
-  Penampang Melintang Jalan, bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya median, drainase permukaan, kelandaian lereng tebing, galian dan timbunan, serta bangunan pelengkap lainnya dapat dilihat dari penampang melintang jalan.
-  Persilngan Jalan (Intersection/ Interchange)

Catatan:
Koordinasi yang baik antara bentuk alinemen vertikal dan horizontal memberikan keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan.
Penomoran jalan diperlukan sebagai alat untuk mengenal lokasi jalan dengan mudah.
Bentuk perancangan geometrik sangat dipengaruhi oleh fungsi jalan.

Jalan dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
-  Aspek Geometrik (di permukaan jalan), dipelajari tentang sifat-sifat lintasan garis, misal garis lurus. Garis menyudut.
-  Perkerasan (dari permukaan sampai tanah dasar), dipelajari tentang ketebalan konstruksi jalan dari permukaan sampai permukaan tanah dasar.

1.    Alinemen Horizontal, proyeksi horizontal sumbu jalan (tampak atas)
2.    Alinemen Vertikal, potongan memanjang sumbu permukaan jalan.

3.    Jarak Pandangan (jarak pandang henti dan jarak pandang menyiap), suatu jarak di atas permukaan jalan yang aman bagi pengemudi untuk menghentikan kendaraan atau untuk melakukan gerakan menyiap kendaraan lain.
4.    Persilangan Jalan:
-          Intersection/ Persilangan Sebidang, bisa diatur dengan traffic light atau dengan fasilitas jalan lainnya.
-          Interchange/ Persilangan Tidak Sebidang
5.    Penampang Melintang Jalan
Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan yang utama dapat dikelompokkan sebagai berikut:
A.      Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas:
1.       Jalur lalu lintas (travelled way/ crriage way), merupakan keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa lajur (lane) kendaraan. Lajur kendaraan yaitubagian dari jalur lalu lintas yang khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jadi jumlah lajur minimal unuk jalan dua arah adalah 2 dan pada umumnya  disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah. Jalur lalu lintas untuk satu arah minimal terdiri dari satu lajur lalu litas.
2.       Lajur lalu lintas
Lebar lajur lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang jalan secara keseluruhan. Biasanya lebar lajur lalu lintas hanya dapat ditentukan dengan pengamatan langsung dilapangan, karena:
a.       Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapat diikuti oleh lintasan kendaraan lain dengan tepat.
b.      Lajur lalu lintas tidak mungkin tepat sama dengan lebar kendaraan maksimum. Untuk keamanan dan kenyamanan setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antara kendaraan.
c.       Lintasan kendaraan tak mungkin di buat tetap sejajar sumbu  lajur lalu lintas, karena kendaraan selama bergerak akan mengalami gaya-gaya samping seperti tidak ratanya permukaan, gaya sentrifugal di tikungan, dan gaya angin akibat kendaraan lain menyiap.
Lebar kendaraan penumpang pada umumnya bervariasi antara 1,50 m – 1,75 m. Bina marga mengambil lebar kendaraan rencana untuk mobil penumpang adalah 1,70 m, dan 2,50 m untuk kendaraan rencana truk/ bis/ semitrailer. Lebar jalur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang diharapkan. Jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas  dengan kecepatan tinggi membutuhkan ruang bebas untuk menyiap dan bergerak yang lebih besar dibandingkan dengan jalan dengan kecepatan rendah.
Pada jalan lokal (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75 m) cukup memadai untuk jalan 2 lajur dengan  2 arah. Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5,00 m pun masih diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan tinggi mempunyai lebar lajur lalu lintas lebih besar dari 3,25 m, sebaiknya 3,50 m.
Jumlah Lajur Lalu Lintas
Banyaknya lajur yang dibutuhkan sangat tergantung dar volume lalu lintas yang akan memakai jalan tersebut dari tingkat pelayanan jalan yang diharapkan.
Kemiringan Melintang Jalur Lalu Lintas
Kemiringan melintang jalur lalu lintas di jalan lurus diperuntukkan terutama untuk kebutuhan drainase jalan. Air yang jatuh di atas permukaan jalan supaya cepat dialirkan ke saluran-saluran pembuangan. Kemiringan melintang bervariasi antara 2%-4%, untuk jenis lapisan permukaan dengan mempergunakan bahan pengikat seperti asapal atau semen. Semakin kedap air lapisan tersebut  semakin kecil kemiringan melintang yang dapat dipergunakan. Sedangkan untuk jalan dengan lapisan permukaan belum mempergunakan bahan pengikat seperti jalan berkerikil kemiringan melintang dibuat 5%.
                          Kemiringan melintang jalur lalu lintas di tikungan dibuat untuk kebutuhan keseimbangan gaya sentrifugal yang bekerja, di samping kebutuhan akan drainase. Besarnya kemiringan melintang yang dibutuhkan pada tikungan terdapat pada “Alinemen Horizontal”.
3.       Bahu  jalan
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai;
a)      Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin berkonsentrsai mengenai jurusan yang akan ditempuh atau untuk beristirahat.
b)      Ruang untuk menghindarkan diri dari saat-saat darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
c)       Memberikan kelegaan kepada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan yang bersangkutan.
d)      Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan dari arah samping.
e)      Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan atau pemeliharaan jalan (untuk tempat penempatan alat0alat dan penimbunan bahan material).
f)       Ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti saat terjadi kecelakaan.
Jenis Bahu
Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan atas:
a.         Bahu yang tidk diperkeras, yaitu bahu yang hanya di buat dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat. Biasanya digunakan material agregat bercampur terikat lempung. Bahu yang tidak diperkras ini dipergunakan untuk daerah yang tidak begitu penting, dimana kendaraan yang berhenti dan mempergunakan bahu tidak begitu banyak jumlahnya.
b.         Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan mempergunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak doperkeras. Bahu jenis ini dipergunakan untuk jalan-jalan dimana kendaraan yang akan berhnti dan memakai bagian tersebut besar jumlahnya, seperti di sepanjang jalan tol, di sepanjang jalan arteri yang melintasi kota, dan di tikungan-tikungan tajam.
Di lihat dari letaknya bahu terhadap arah arus lalu lintas, maka bahu jalan dapat dibedakan atas:
a.       Bahu kiri/ bahu luar (left shoulder/ outer shoulder), adalah bahu yang terletak di sebelah kiri dari lajur lalu lintas.
b.      Bahu kanan/ bahu dalam (right/ inner shoulder), yaitu bahu yang terletak di tepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas.
Lebar Bahu Jalan
Besarnya lebar bahu jalan sangat dipengaruhi oleh:
a.       Fungsi jalan
Jalan arteri direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalan lokal. Dengan demikian jalan arteri membutuhkkan kebebasan samping, keamanan dan kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar bahu yang lebih besar dari jalan lokal.
b.      Volume lalu lintas
Volume lallu lintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu jalan yang lebih besar dibandingkan dengan volume lalu lintas yang rendah.
c.       Kegiatan di sekitar jalan
Jalan yang melintasi daerah perkotaan, pasar, sekolah, membutuhkan lebar bahu jalan yang lebih lebar/ besar dari pada jalan yang melintasi daerah rural, karena bahu jalan tersebut akan dipergunakan pula sebagai temoat parkir dan pejalan kaki.
d.      Ada atau tidaknya trotoar
e.      Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah, dan biaya untuk konstruksi.
Lebar bahu jalan dengan demikian dapat bervariasi antara 0,5 m- 2,5 m.
Lereng Melintang Bahu Jalan
Berfungsi atau tidaknya lereng melinttang perkerasan jalan untuk mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya sangat ditentukan oleh kemiringan melintang bagian samping jalur perkerasan itu sendiri, yaitu kemiringan melintang bahu jalan. Kemiringan melintang bahu yang tidak baik ditambah pula dengan bahu dari jenis yang tidak diperkeras akan menyebabkan air hujan merembes masuk ke lapisan perkerasan jalan. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan perkerasan. Lepasnya ikatan antara agregat dan aspal yang akhirnya memperpendek umur pelayanan jalan.
Guna keperluan tersebut, haruslah di buat kemiringan melintang bahu jalan yang sebesar-besarnya tetappi masihaman dan nyaman bagi pengemudi kendaraan. Kemiringan melintang bahu lebih besar dari kemiringan melintang jalur perkerasan jalan. Kemiringan melintang bahu dapat bervariasi sampai dengan 6%, tergantung dari jenis permukaan bahu, intensitas hujan, dan kemungkinan penggunaan bahu jalan. Pada daerah tikungan yang tajam, kemiringan melintang jalur perkerasan juga ditentukan dari kebutuhan akan keseimbangan gaya akibabt gaya sentrifugal yang bekerj. Besar dan arah kemiringan melintang bahu harus juga disesuaikan demi keamanan pemakai jalan dan fungsi drainase itu sendiri. Perubahan kalandaian antara kemiringan melintang perkerasan jalan dan bahu (roll over) maksimum 8%.
4.       Trotoar (Jalur Pejalan Kaki/ Side Walk)
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki, maka trotoar  ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb. Perlu atau tidaknya trotoar diadakan sangat tergantung dari volume pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan tersebut.
Lebar Trotoar
Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan kaki, tingkat pejalan kaki yang diingkan, dan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5 m- 3,0 m merupakan nilai yang umum dipergunakan.
5.       Median
Pada arus lalu lintas yang tinggi seringkali dibutuhkan median guna memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah. Jadi mdian adalah jalur yang terletak ditengah jalur untuk membahi jalan dalam masing-masing arah.
Fungsi Median;
a.       Menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih dapat mengontrol kendaraanya pada saat-saat darurat.
b.      Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/ mengurangi kesilauan terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah
c.       Menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan  bagi setiap pengemudi.
d.      Mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah lalu lintas.
Untuk memenuhi keperluan-keperluan tersebut di atas, maka median serta batas-batasnya harus nyata oleh setiap mata pengemudi baik pada siang hari maupun pada malam hari serta segala cuaca dan keadaan lebar median bervariasi antara 1,0 m-12 m.
          Median dengan lebar 5 meter sebaiknya ditinggikan dengan kereb atau dilengkapi dengan pembatas agar tidak dilanggar kendaraan. Semakin lebar median semakin baik bagi lalu lintas tetapi semakin mahal biaya yang dibutuhkan. Jadi biaya yang tersedia dan fungsi jalan sangat menentukan lebar median yang dipergunakan.
Jalur Tpian Median
Di samping median, terdapat apa yang dinamakan jaur tepian median, yaitu  jalur yang terletak berdampingan dengan median (pada ketinggian yang sama dengan jalur perkerasan). Jalur tepian median ini berfungsi untuk mengamankan kebebasan samping dri arus lalu lintas. Lebar jalur tepian median dapat bervariasi antara 0,25m-0,75m dan dibatasi dengan marka berupa garis putih menerus.

B.      Bagian Yang Berguna Bagi Drainase Jalan
1.       Saluran Samping
Saluran samping berguna untuk:
a.       Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar jalan.
b.      Menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan yang tidak terendam air.
Umumnya bentuk saluran samping adalah travesium, atau empat persegi panjajg. Untuk daerah perkotaan, dimana daerah pembebasan jalan sudah sangat terbatas, maka saluran samping dapat dibuat empat persegi panjang dari konstrukasi beton dan ditempatkan di bawah trotoar. Sedangkan di daerah pedalaman dimana pembebasan jalan bukan menjadi masalh, saluran samping umumnya dibuat berbentuk trapesium. Dinding saluran dapat dengan mempergunakan pasangan batu kali, atau tanah asli. Lebar dasar saluran disesuaikan dengan besarnya debit yang diperkirakan akan mengalir pada saluran tersebut, minimum sebesar 30cm.
          Landai dasar saluran biasanya dibuat mengikuti kelandaian dari jalan. Tetapi pada kelandaian jalan yang cukup besar, dan saluran hanya terbuat dari tanah asli, kelandaian dasar saluran tidak lagi mengikuti kelandaian jalan. Hal ini untuk mencegah pengikisan oleh aliran air. Kelandaian dasar saluran dibatasi sesuai dengan material dasar saluran. Jika terjadi perbedaan yang cukup besar antara kelandaian dasar saluran dengan kelandaian jalan, maka perlu dibuatkan terasering.
2.       Kemiringan Melintang Jalur Lalu Lintas
3.       Kemiringan Melintang Bahu
4.       Kemiringan Lereng/ Talud
Talud jalan umumnya dibuat 2H:1V, tetapi untuk tanah-tanah yang mudah longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya landai yang aman, yang diperoleh dari perhitungan kestabilan lerng. Berdasarkan keadaan tanah pada lokasi jalan tersebut, mungkin saja dibuat beronjong, tembok penahan tanah, lereng bertingkat (berm) ataupun hanya ditutupi rumput saja.

C.      Bagian Pelengkap Jalan
1.       Kereb
Yang dimaksud dengan kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi prkerasan atau bahu jalan yang terutama dimaksudkan untuk keperuan-keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasan, dan memberokan ketegasan tepi perkerasan. Pada umumnya kereb digunakan pada jalan-jalan di daerah perkotaan, sedangkan untuk jalan-jalan antar kota kereb hanya dipergunakan jika jalan tersebut direncanakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi atau apabila melintasi perkampungan.
Berdasarkan fungsi dari kereb, maka kereb dapat dibedakan atas:
a.       Kereb peninggi (mountable curb), adalah kereb yang direncanakan agar dapat di daki kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir jalan/ jalur lalu lintas untuk kemudahan di daki oleh kendaraan maka kereb harus mempunyai bentuk permukaan lengkung yang baik. Tingginya berkisar antara 10-15 cm.
b.      Kereb penghalang (barrier curb), adalah kereb yang direncanakan untuk menghalangi atau mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar antara 25-30cm.
c.       Kereb berparit (gutter curb), adalah kereb yang dirncanakan untuk mmbentuk sistem drainase perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus diletakkan di tepi luar dari perkerasan, sedangkan pada tikungan diletakkan pada tepi dalam. Tingginya berkisar antara 10-20cm.,
d.      Kereb penghalang berparit (barrier gutter curb), adalah kereb penghalang yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar antara 20-30cm.
2.       Pengaman Tepi
Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika terjadi kecelakaan, dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan. Umumnya dipergunakan di sepanjang jalan yang menyusur jurang, pada tanah timbunan dengan tikungan yang tajam, pada tepi-teoi jalan dengan tinggi timbunan lebih besar dari 2,5m, dan pada jalan-jalan dengan kecepatan tinggi.

No comments: