INILAH.COM, Jakarta – Kasus pernikahan kilat Bupati
Garut Aceng Fikri kini semakin kencang bergulir ke arah politik bahkan
berpotensi membenturkan massa. Di Garut kini saling berhadapan antara
pendukung Aceng Fikri dengan massa lainnya yang hendak mencopotnya.
DPRD Kabupaten Garut juga telah resmi membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk kasus tersebut. Ini berarti jalan untuk impeachment terhadap Aceng semakin lebar. Sayangnya, tidak semua masyarakat Garut mendukung Pansus ini.
Massa pendukung Aceng jelas-jelas menolak Pansus itu. Massa pendukung Aceng yang mengatasnamakan Koalisi Kemashlahatan Garut itu mendesak DPRD Kabupaten Garut segera membubarkan Pansus yang akan memberhentikan Bupati.
Mereka menilai pembentukan Pansus tersebut tidak memiliki dasar hukum seperti diatur dalam Undang Undang Nomor 32 tahun 2004, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 tahun 2010.
Massa Koalisi Kemaslahatan Garut menegaskan pihaknya mendukung dan mempertahankan berjalannya roda pemerintahan Kabupaten Garut yang dipimpin Bupati Aceng HM Fikri sampai masa akhir jabatannya pada 2014.
"Reaksi masyarakat atas persoalan Bupati telah mengarah pada tuduhan tidak proporsional dan dugaan pelanggaran hukum dilakukan Bupati. Padahal pernikahan Bupati tidak dapat dikategorikan pelanggaran hukum selagi syarat dan rukun dipenuhi sesuai hukum syari'at atau hukum Islam," kata Koordinator Aksi, Nurjaman, Kamis (6/12/2012).
Tentu saja pendapat berbeda disampaikan massa yang muak atas perilaku Aceng. Apalagi, opini publik semakin menyudutkan Aceng. Terlebih setelah eks Wakil Bupati Garut Dicky Chandra ikut memperburuk opini.
Dicky belakangan berbicara di media massa di Jakarta mengungkap kebobrokan Aceng. Namun, Dicky tidak berbicara soal moral, melainkan aspek politik Aceng. Intinya, Aceng banyak membuat kebijakan yang bertolak belakang dengan janji kampanye. Setelah menjabat pun, Dicky menilai gaya hidup Aceng selama menjadi bupati sangat berlawanan dengan kondisi Garut.
Pernyataan Dicky ini kontan menyulut massa untuk semakin menyudutkan Aceng. Tentu, patut disayangkan Dicky menyampaikan hal seperti itu. Bukan isi pernyataannya yang patut disayangkan, melainkan momen dan tempat dimana ia berbicara.
Dicky berbicara melalui media massa. Itu sama saja dengan melempar peluru kepada massa untuk melegitimasi tindakan mereka melengserkan Aceng, tanpa ada saringan. Akan berbeda halnya bila ia menyampaikannya di hadapan Pansus. Pernyataan Dicky bisa diproses, dipakai, atau bahkan diabaikan sama sekali oleh DPRD untuk pengambilan keputusan.
Dicky memang menyatakan bahwa ia tidak memiliki kepentingan apapun dari komentarnya itu. Bahkan Dicky turut meminta maaf kepada warga Garut atas perilaku Aceng karena ia pernah berjuang bersamanya. Namun, apapun yang meluncur dari Dicky akan menjadi legitimasi bagi publik untuk menyudutkan Aceng.
Itulah mengapa Pansus perlu memanggil Dicky Chandra dan meminta keterangan darinya. Akan lebih baik bagi Dicky untuk berbicara di Pansus ketimbang kepada media massa lebih dulu. Ini perlu dilakukan karena saat ini massa di Garut sudah saling berhadapan. Antara yang pro Aceng dan yang kontra Aceng. Jangan sampai kondisi memuncak menjadi konflik antarwarga. [tjs]
adopted from: http://nasional.inilah.com/read/detail/1934866/manuver-dicky-di-tengah-kisruh-aceng
DPRD Kabupaten Garut juga telah resmi membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk kasus tersebut. Ini berarti jalan untuk impeachment terhadap Aceng semakin lebar. Sayangnya, tidak semua masyarakat Garut mendukung Pansus ini.
Massa pendukung Aceng jelas-jelas menolak Pansus itu. Massa pendukung Aceng yang mengatasnamakan Koalisi Kemashlahatan Garut itu mendesak DPRD Kabupaten Garut segera membubarkan Pansus yang akan memberhentikan Bupati.
Mereka menilai pembentukan Pansus tersebut tidak memiliki dasar hukum seperti diatur dalam Undang Undang Nomor 32 tahun 2004, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 tahun 2010.
Massa Koalisi Kemaslahatan Garut menegaskan pihaknya mendukung dan mempertahankan berjalannya roda pemerintahan Kabupaten Garut yang dipimpin Bupati Aceng HM Fikri sampai masa akhir jabatannya pada 2014.
"Reaksi masyarakat atas persoalan Bupati telah mengarah pada tuduhan tidak proporsional dan dugaan pelanggaran hukum dilakukan Bupati. Padahal pernikahan Bupati tidak dapat dikategorikan pelanggaran hukum selagi syarat dan rukun dipenuhi sesuai hukum syari'at atau hukum Islam," kata Koordinator Aksi, Nurjaman, Kamis (6/12/2012).
Tentu saja pendapat berbeda disampaikan massa yang muak atas perilaku Aceng. Apalagi, opini publik semakin menyudutkan Aceng. Terlebih setelah eks Wakil Bupati Garut Dicky Chandra ikut memperburuk opini.
Dicky belakangan berbicara di media massa di Jakarta mengungkap kebobrokan Aceng. Namun, Dicky tidak berbicara soal moral, melainkan aspek politik Aceng. Intinya, Aceng banyak membuat kebijakan yang bertolak belakang dengan janji kampanye. Setelah menjabat pun, Dicky menilai gaya hidup Aceng selama menjadi bupati sangat berlawanan dengan kondisi Garut.
Pernyataan Dicky ini kontan menyulut massa untuk semakin menyudutkan Aceng. Tentu, patut disayangkan Dicky menyampaikan hal seperti itu. Bukan isi pernyataannya yang patut disayangkan, melainkan momen dan tempat dimana ia berbicara.
Dicky berbicara melalui media massa. Itu sama saja dengan melempar peluru kepada massa untuk melegitimasi tindakan mereka melengserkan Aceng, tanpa ada saringan. Akan berbeda halnya bila ia menyampaikannya di hadapan Pansus. Pernyataan Dicky bisa diproses, dipakai, atau bahkan diabaikan sama sekali oleh DPRD untuk pengambilan keputusan.
Dicky memang menyatakan bahwa ia tidak memiliki kepentingan apapun dari komentarnya itu. Bahkan Dicky turut meminta maaf kepada warga Garut atas perilaku Aceng karena ia pernah berjuang bersamanya. Namun, apapun yang meluncur dari Dicky akan menjadi legitimasi bagi publik untuk menyudutkan Aceng.
Itulah mengapa Pansus perlu memanggil Dicky Chandra dan meminta keterangan darinya. Akan lebih baik bagi Dicky untuk berbicara di Pansus ketimbang kepada media massa lebih dulu. Ini perlu dilakukan karena saat ini massa di Garut sudah saling berhadapan. Antara yang pro Aceng dan yang kontra Aceng. Jangan sampai kondisi memuncak menjadi konflik antarwarga. [tjs]
adopted from: http://nasional.inilah.com/read/detail/1934866/manuver-dicky-di-tengah-kisruh-aceng
No comments:
Post a Comment